Senin, 02 Desember 2013

SANTA PERAWAN MARIA DIPERSEMBAHKAN
21 Nopember 2013
Mat. 12:46-50

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita merayakan peringatan Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Tuhan. Sedikit menyinggung sejarah, sebenarnya pesta ini berawal dari Gereja Timur. Gereja Timur sejak awal telah merayakan pesta ini berdasarkan informasi dari Protoinjil Yakobus. Baru sejak abad ke 11, Gereja barat merayakan pesta ini atas prakarsa Paus Gregorius XI. Paus Sixtus kemudian memasukkan pesta ini ke dalam Kalender Gereja pada tahun 1472, tetapi sesudah Trente, Paus Pius V menghapusnya pada tahun 1568. Namun 17 tahun kemudian, oleh Paus Sixtus V, perayaan ini dikembalikan ke kalender Gereja dan bertahan sampai sekarang.
Saudara-saudara bila kita cermati, perayaan ini sebenarnya satu rangkaian dari peristiwa hidup Maria: Perayaan Orang Tua Maria (Yoakim dan Anna), Maria Imakulata, Kelahiran Maria, Maria Dipersembahkan kepada Allah, Hari Raya Kabar Sukacita, Maria Assumpta, dan Maria Bunda Allah. Mengapa ada begitu banyak perayaan tentang Maria? Hanya ada satu jawaban: Karena Maria sangat penting! Gereja sangat menekankan Maria untuk lebih menonjolkan Yesus. Ini mudah dipahami dengan istilah orang Jawa: yaitu 3B: bibit, bebet, dan bobot. Bila kita bicara tentang keunggulan Maria berarti kita bicara tentang keunggulan Yesus.
Perayaan hari ini adalah salah satu perayaan yang menunjukkan kualitas Maria itu. Pada usia 3 tahun, Maria dipersembahkan kepada Tuhan, sebagai ungkapan syukur Anna dan Yoakim atas anugerah anak yang mereka terima setelah sekian lama merindukan keturunan. Namun perlu kita tahu bahwa peristiwa di sini berbeda dengan yang terjadi pada Yesus yang juga dipersembahkan. Pada peristiwa Yesus, Yesus dipersembahkan lalu setelah selesai dibawa pulang; sedangkan Maria tetap tinggal di Bait Allah, kurang lebih sama dengan kisah Samuel. Pasti ini tidak mudah untuk anak berusia tiga tahun dipisahkan dari keluarganya. Namun Protoinjil Yakobus mencatat bahwa saat itu Maria tersenyum/ gembira.
Maria dipersembahkan kepada Tuhan dan tinggal di Bait Allah merupakan suatu tahap penting dalam hidup Maria sebagai calon ibu Penyelamat. Dengan tinggal di Bait Allah, kesucian dan kesalehan Maria tidak diragukan lagi. Selain itu, pengetahuannya tentang Kitab Suci juga sangat dalam karena dia selalu mendengarkan dan merenungkan pengajaran dan perdebatan para ahli kitab. Maka tidak heran kalau Yesus sangat pintar. Tanpa mencari tutor, Maria menjadi guru yang hebat untuk Yesus.
Namun peranan Maria ini seolah-olah kurang dihargai Yesus. Di dalam Injil dikisahkan bahwa ketika Maria dan saudara-saudara Yesus berusaha menemuiNya, Yesus berkata: “Siapakah Ibu-Ku? Siapakah saudara-saudariKu?” Yesus tampaknya melupakan ibunya dan keluargaNya yang telah sangat berjasa bagi dia. Namun sebenarnya Yesus sedang mengungkapkan identitas mereka yang sebenarnya. “Siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di surga, dialah saudaraKu, dialah saudariKu, dialah ibuKu.” Yesus menyatakan bahwa keluargaNya adalah keluarga yang saleh, yang melakukan kehendak Bapa di surga.
Dari sini kita bisa belajar untuk mensyukuri keluarga kita masing-masing. Apapun situasi keluarga kita, kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa berkat merekalah benih-benih panggilan bisa tumbuh dalam diri kita. Entah langsung atau tidak, mereka mempunyai andil yang sangat besar bagi pertumbuhan panggilan kita itu. Ini yang pertama.
Yang kedua adalah kita semua adalah Oblat Maria Imakulata, artinya orang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan di bawah perlindungan Maria yang dikandung tanpa noda, sekaligus meneladan persembahan dirinya. Seperti Maria, kita menghadirkan Kristus di tengah orang-orang yang kita layani. Yang kita wartakan adalah Kristus, bukan pribadi kita. Maka kita tidak perlu bangga bila umat mengingat nama kita, tetapi marilah kita berbangga bahwa Kristus bisa menjadi penyelamat bagi mereka. Inilah kebanggaan Bunda Maria, Ibu dan teladan kita.